Seskab Teddy: Presiden Perintahkan Pemeriksaan dan Perbaikan Ponpes

Presiden Prabowo Subianto telah mengeluarkan perintah kepada Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap struktur dan kekuatan bangunan di berbagai pondok pesantren. Tujuan dari perintah ini adalah agar insiden ambruknya mushalla di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, tidak terulang kembali.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menjelaskan bahwa perintah tersebut diberikan langsung oleh Presiden Prabowo kepada Menko Muhaimin dalam rapat terbatas yang digelar di kediaman pribadi Presiden di Jalan Kertanegara, Jakarta, pada hari Ahad malam.
"Presiden memerintahkan Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar beserta jajaran kementeriannya untuk memeriksa sekaligus memperbaiki pondok pesantren resmi yang perlu dicek kekuatan struktur bangunannya. Selain itu, Presiden juga menekankan kepada pemilik pondok untuk memperhatikan betul proses renovasi atau pengembangan gedung bila hendak membangun pondoknya," ujar Seskab Teddy dalam penjelasannya.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa insiden ambruknya bangunan mushalla di Ponpes Al Khoziny telah menjadi atensi khusus Presiden Prabowo.
"Beliau memonitor terus perkembangan situasi ini, sehingga kemudian memerintahkan kepada para menteri terkait serta gubernur dan wakil gubernur untuk memberikan perhatian serius," kata Prasetyo kepada wartawan di Jakarta, Minggu.
Prasetyo juga menambahkan bahwa Presiden Prabowo telah memerintahkan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh bangunan pesantren, terutama dari segi keamanan dan keselamatannya.
"Evaluasi ke depan semua pondok pesantren kami harapkan segera didata dan dipastikan keamanan dari sisi bangunan-bangunan dan infrastruktur di pondok (pesantren) masing-masing," tambah Prasetyo Hadi.
Insiden ambruknya mushalla di Ponpes Al Khoziny terjadi pada Senin (29/9) pekan lalu. Saat itu, ratusan santri yang sedang melaksanakan shalat berjamaah terjebak di bawah puing-puing bangunan. Insiden ini terjadi saat proses renovasi bangunan mushalla di lantai tiga sedang berlangsung.
Sebanyak 400 lebih petugas pencarian dan penyelamatan (SAR) langsung turun ke lokasi untuk melakukan evakuasi korban. Namun, proses evakuasi ini sangat rumit karena puing-puing berukuran besar yang rentan ambruk dan dapat menimpa korban-korban selamat yang masih terjebak.
Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Budi Irawan menyatakan hingga Minggu 5 Oktober 2025, jumlah korban meninggal dunia mencapai 36 orang.
Budi memperkirakan masih ada 27 santri yang terjebak di bawah puing-puing bangunan mushalla.
Di sisi lain, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Surabaya mencatat jumlah korban selamat per Sabtu (4/10) bertambah menjadi 104 orang setelah satu santri yang sebelumnya hilang dilaporkan dalam kondisi selamat.