Emosi Meledak-Ledak? Ketahui IED, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengendalikannya

Penyebab dan Dampak Gangguan Emosi yang Tidak Terkendali
Intermittent Explosive Disorder (IED) adalah kondisi psikologis yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Kondisi ini ditandai dengan kemarahan yang tiba-tiba, intens, dan berlebihan terhadap pemicu kecil. Dampaknya bisa sangat besar, mulai dari merusak hubungan hingga mengganggu kualitas hidup seseorang.
Dalam studi meta-analisis terbaru oleh Fangqing Liu dan Xiaoshan Yin (2025), ditemukan bahwa IED memengaruhi sekitar 0,8% hingga 6% populasi. Angka ini menunjukkan bahwa gangguan ini cukup umum. Dari angka tersebut, prevalensi seumur hidup mencapai 4–6%, sedangkan prevalensi tahunan sekitar 2,7%. Dalam populasi klinis, angka ini bisa mencapai 10,5%.
Laki-laki lebih rentan mengalami IED dibanding perempuan. Meskipun penyebab pasti masih belum sepenuhnya dipahami, para ahli menyatakan bahwa IED biasanya mulai muncul pada usia anak-anak atau remaja. Namun, lebih sering dialami oleh orang dewasa muda.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IED
Ada beberapa faktor yang diduga berkontribusi pada munculnya IED, antara lain:
1. Lingkungan dan Pola Asuh
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan perilaku agresif cenderung lebih rentan mengalami IED. Mereka sering meniru pola agresi yang mereka lihat, baik secara verbal maupun fisik. Perilaku ini bisa terbentuk dari pengalaman hidup sehari-hari.
2. Faktor Genetik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gen tertentu bisa membuat seseorang lebih mudah bereaksi terhadap stres. Hal ini bisa diturunkan dari orang tua ke anak, sehingga kecenderungan untuk marah secara impulsif bisa bersifat bawaan.
3. Perbedaan pada Otak
Penelitian menunjukkan bahwa otak orang dengan IED memiliki perbedaan struktur, fungsi, atau kimia dibandingkan otak orang tanpa gangguan ini. Misalnya, gangguan pada area otak yang mengatur emosi dan impuls bisa membuat seseorang lebih sulit mengontrol amarah.
4. Riwayat Trauma atau Kekerasan
Orang yang pernah mengalami kekerasan, perundungan, atau trauma masa kecil memiliki risiko lebih tinggi mengalami IED. Luka psikologis ini bisa memengaruhi cara mereka mengelola emosi saat dewasa.
5. Gangguan Mental Lain
IED sering muncul bersamaan dengan gangguan mental seperti antisocial personality disorder, borderline personality disorder, atau ADHD. Penggunaan alkohol dan narkoba juga meningkatkan risiko kehilangan kendali atas emosi.
Dampak IED dalam Kehidupan Sehari-Hari
Hidup dengan IED bukan hanya tentang "mudah marah". Gangguan ini bisa menyebabkan masalah serius dalam berbagai aspek kehidupan.
1. Masalah Hubungan Pribadi
Penderita IED sering kali kesulitan menjaga hubungan dengan pasangan, keluarga, atau teman. Pertengkaran dan konflik bisa terjadi setiap hari, bahkan berujung pada kekerasan fisik. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan isolasi sosial dan rasa kesepian.
2. Gangguan di Tempat Kerja atau Sekolah
Di tempat kerja, ledakan emosi bisa mengganggu hubungan dengan rekan atau atasan, bahkan berujung pada kehilangan pekerjaan. Di sekolah, anak dengan IED lebih rentan terkena skorsing akibat perilaku agresif.
3. Masalah Kesehatan Mental
Banyak penderita IED juga mengalami depresi atau kecemasan. Rasa bersalah setelah meledak bisa memperburuk kondisi mental dan membuat penderita merasa tidak berdaya.
4. Penyalahgunaan Alkohol dan Narkoba
Beberapa penderita IED mencoba melarikan diri dari emosinya dengan mengonsumsi alkohol atau narkoba. Namun, ini justru memperparah masalah karena menurunkan kemampuan mengontrol emosi.
5. Dampak pada Kesehatan Fisik
IED dapat meningkatkan risiko penyakit serius seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung. Ledakan emosi yang berulang juga bisa melemahkan sistem imun dan memperburuk kondisi tubuh.
6. Risiko Melukai Diri Sendiri
Perasaan putus asa dan tekanan psikologis bisa mendorong penderita IED untuk melakukan tindakan ekstrem seperti menyakiti diri atau percobaan bunuh diri. Ini menunjukkan betapa pentingnya intervensi profesional.
Pencegahan dan Penanganan IED
Meskipun IED sulit dicegah sepenuhnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola gejalanya. Konsistensi dalam perawatan, seperti terapi psikologis dan penggunaan obat, sangat penting. Selain itu, belajar mengenali pemicu dan menghindari situasi yang bisa memicu amarah juga membantu.
Mengatur stres melalui waktu untuk diri sendiri, seperti olahraga atau meditasi, bisa mengurangi tekanan dan membantu mengontrol emosi. Dukungan dari keluarga dan lingkungan juga menjadi faktor penting dalam proses pemulihan.
Dengan pendekatan yang tepat, penderita IED bisa belajar mengelola emosinya dan hidup lebih stabil.