BREAKING NEWS

Kota di Jepang Ini Batasi Penggunaan Smartphone Hanya Dua Jam Sehari

KOTA Toyoake di Prefektur Aichi, Jepang, mengumumkan rencana peraturan baru yang cukup kontroversial: membatasi penggunaan smartphone dan perangkat elektronik lainnya bagi seluruh warganya hanya dua jam sehari. Peraturan ini rencananya juga berlaku untuk orang dewasa.

Rancangan peraturan itu akan diajukan dalam sidang dewan kota pekan depan. Jika disahkan, aturan ini akan mulai berlaku pada 1 Oktober mendatang, menurut Japan Today, Jumat, 22 Agustus 2025. Peraturan ini menyerukan agar warga membatasi waktu penggunaan ponsel, tablet, perangkat game, dan komputer maksimal dua jam sehari. Pengecualian diberikan untuk keperluan kerja dan belajar.

Bukan yang Pertama

Langkah ini bukan yang pertama di Jepang. Pada 2020, Prefektur Kagawa pernah mengesahkan peraturan serupa, namun hanya ditujukan kepada anak-anak. Bedanya, kali ini Toyoake hendak menerapkannya untuk semua warga, termasuk lebih dari 68.000 penduduk dewasa di kota itu.

Wali Kota Toyoake, Masafumi Koki, mengatakan bahwa niat utama dari kebijakan ini adalah untuk mendorong penggunaan perangkat digital yang lebih sehat. Ia khawatir penggunaan berlebihan dapat mengganggu ritme hidup, berdampak pada kesehatan, dan mengurangi kualitas interaksi antar-anggota keluarga.

Aturan tersebut juga mengusulkan agar anak-anak usia sekolah dasar tidak menggunakan perangkat elektronik setelah pukul 9 malam, sementara anak usia 15 hingga 18 tahun diberi batas waktu hingga pukul 10 malam.

Usulan ini mencuat di tengah temuan Badan Anak dan Keluarga Jepang yang menunjukkan bahwa remaja di negara tersebut rata-rata menghabiskan lebih dari lima jam per hari online saat hari sekolah.

Tuai Kritik

Namun, kebijakan ini menuai banyak kritik dari publik. Banyak warga Jepang mempertanyakan efektivitas dari aturan tersebut. Di media sosial, warganet menyebut kebijakan ini "tidak masuk akal", "terlalu mengatur", bahkan “tidak relevan dengan kondisi masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi digital”.

Kritik juga datang dari mereka yang menyebut bahwa aturan ini mengabaikan realitas sosial masa kini. Banyak orang dewasa tinggal sendiri atau jauh dari keluarga dan menjadikan smartphone sebagai alat utama untuk tetap terhubung. Selain itu, peraturan ini tampak tidak konsisten karena hanya menyoroti perangkat digital, tapi membiarkan aktivitas lain yang juga bisa memengaruhi gaya hidup seperti menonton TV, berjudi, atau bahkan konsumsi alkohol.

Setelah melihat reaksi keras dari masyarakat, Wali Kota Masafumi Koki memberikan klarifikasi bahwa aturan ini bukanlah kewajiban yang disertai sanksi, melainkan hanya pedoman. Ia menekankan bahwa pihaknya tetap mengakui manfaat dan pentingnya smartphone dalam kehidupan modern.

Peraturan ini belum tau apakah akan benar-benar disahkan, karena masih harus menunggu hasil sidang dewan kota minggu depan. Namun yang jelas, Toyoake telah membuka kembali diskusi nasional tentang batasan digital, kesehatan mental, dan peran pemerintah dalam mengatur kehidupan pribadi warganya.

KINAR LAIMAURABaca Juga: Jelajahi Jepang, Wisatawan Indonesia Bisa Dapat Tiket Domestik Gratis dari Maskapai IniBaca Juga: Jangan Lakukan 10 Hal Ini saat Traveling ke JepangBaca Juga: 7 Destinasi Wisata di Osaka
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image